Marijoen VM
LAHIR : KUTOARJO - 1916
Dilahirkan
pada tahun 1916 di Jawa Tengah tepatnya di satu desa daerah Kutoarjo.
Pada usia 14 tahun, sebagai murid sekolah Belanda di Kebumen, suatu
malam melihat pertunjukan sirkus Harmston yang datang di kota tersebut.Ia sangat tertarik melihat bagian pertunjukan sulap. la benar-benar terpikat pada sulap yang disaksikan.
Malam
berikutnya ia berhasil masuk tenda, sekalipun tanpa memiliki tanda
masuk. Ia berusaha masuk tenda semata-mata hanya ingin menyaksikan lagi
permainan sulap. Entah berapa kali ia menyaksikan sulap pada waktu itu.
Kemudian
meneruskan pelajarannya di Sekolah Menengah Belanda di Jawa Barat.
Suatu malam ia menonton gambar hidup tentang berbicara perut, pada waktu
itu masih dikatakan "buikspreken". Peran utamanya Edgar Bergen dengan
parner bonekanya yang dapat berbicara dengan nama Charley Mac Charty.
Lagi-lagi
ia tertarik pada pertunjukan ventriloquism. Hari bahagia datang
baginya, yakni saat ia mendapat kesempatan mempertunjukan beberapa triks
sederhana yang pernah dipelajarinya. Saat tersebut adalah ketika
sekolahnya mengadakan pesta perpisahan pada salah satu gedung
pertunjukan Soceteit Galunggung Tasikmalaya.
Guru yang memimpin acara pertunjukan adalah berkebangsaan Belanda, memberikan petunjuk
tentang sulap. Kepadanya bahkan dipinjami alat sulap berupa passe-passe
botle dan beberapa lain nya terbuat dari foam rubber.
Pertunjukan
pada malam itu boleh dikatakan baik dan yang penting baginya adalah
kepercayaan diri serta pengalaman singkat pada malam perpisahan itu.
Pada
masa pendudukan tentara Jepang, ia menjadi kyosi dan penerjemah pada
Latihan Pegawai Negeri di Jakarta. Satu rombongan akrobat dan sulap yang
didatangkan oleh Nippon Sendenbu, memberi kesempatan kepadanya untuk
menyaksikan sulap dari rombongan Maru-Ichi yang membuka tendanya. di
lapangan Gambir Timur.
Pada tahun 1951, untuk kedua kalinya ia tinggal dan bekerja di Jakarta.
Ia ternyata masih saja berminat pada .hobinya dan selalu mencari
kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dalam bi dang sulap dan
ventriloquism.
la
sempat berkenalan dengan Om Dick (Dick-Trouvaat), seorang penyulap
ternama kebangsaan Indo Belanda kelahiran Sumatra Barat yang pada waktu
itu beralamat di jI.Surabaya Jakarta. Dari Om Dick ia memperoleh banyak
pengetahuan tentang sulap. Dari Om Dick ia mendapat alamat untuk
berlangganan majalah sulap, seperti "TRICK" dan"DE MAGIER" dari negeri
Belanda.
Dari
sebuah toko penjual buku lama di Medan Senen, berhasil dibeli beberapa
buku sulap dan satu buku tentang "buikspreken" keluaran Uitgever H.
Boiwning, Jogjakarta
doeloe. Korespondensi dengan Maher Course of Ventriloquism Detroit,
Michigan, menambah banyak pengetahuannya tentang berbicara perut.
Ketika
sebuah rombongan akrobat membuka tenda pertunjukan di Yogayakarta, pada
lapangan sebelah selatan tembok benteng Vredenburg, ia menyaksikan
akrobat dan sulap. la berkesempatan berbincang-bincang dengan seorang
seihu (guru) berasal dari Tiongkok yang bertempat tinggal di Semarang. Perhatiannya lain lagi, yaitu tentang ketrampilan keseimbangan (balancing act)
Saat
baik dialami lagi, yaitu ia berjumpa dengan keluarga akrobat wanita
Wong Giok Hwa di Jakarta. Dari keluarga ini, ia memperoleh contoh
peralatan untuk membuat sendiri alat balancing act. Keluarga akrobat
tersebut, kemudian membawanya ikut memberi pertunjukan hampir seluruh kota di Indonesia.
Berkat latihan yang sangat tekun dengan mempergunakan alat standar, ia menjadi seorang Indonesia yang menguasai balancing act ala Tiongkok.
Marijoen,
Ventriloquist Magician dan Balancing act Performer adalah benar-benar
seorang self mademan dan akhirnya menjadi oneman-show yang terkenal
sejak usia mudanya Kebumen.
Walau kini beliau telah tiada, kiranya semangat tidak pernah berhenti belajar beliau bisa menginspirasi kita.
NOTE:
Partner beliau dalam foto diatas bernama KOKO (COCO), dan telah
menemani beliau selama perjalanan karirnya bertahun tahun sebagai Artis
Ventriloque, dan hingga kini KOKO masih tersimpan rapi dan terawat
sebagai bukti pernah ada seorang artis besar dalam dunia ventriloque INDONESIA
_________________________________
ALEX H SINYAL (Bram)
LAHIR : Candi, SEMARANG - 1948 ; Wafat 5 Febuari 2012
"Apa
itu sulap?" inilah pertanyaan yang selalu dilontarkannya kepada setiap
orang yang mengaku pesulap atau yang ingin mulai belajar sulap.
Sepertinya
tidak ada pesulap Pro di Indonesia ini yang tidak mengenal pria satu
ini. Orang yang terkenal galak bila melihat sesuatu yang tidak sesuai
dengan prinsip sulap. Kecintaannya pada dunia sulap tidak perlu
diragukan lagi.
Pertemuannya
dengan Van Diense berkebangsaan Belanda pada tahun 1956 ternyata telah
mengubah jalan hidup seorang Alex H Sinyal, yang kini akrab dipanggil
dengan nama Om Bram atau Om Alex.
Van
Diense adalah seorang pastor yang menggunakan sulap sebagai salah satu
sarana untuk penyebaran agama atau yang dikenal dengan sulap gospel.
Pastor inilah yang telah membuka jalan bagi Alex masuk lebih dalam
kedalam dunia sulap. Pada tahun 1958 Van Diense membawa Alex berangkat
ke negeri Belanda untuk disekolahkan di sebuah sekolah sulap di negeri
tersebut.
Setelah
lebih kurang tiga tahun menimba ilmu seni sulap dan menamatkan sekolah
sulap di negara kincir angin tersebut, akhirnya Alex berhak menyandang
sebutan Amateur Magician dan kembali ke Indonesia.
Sekembalinya ke Indonesia,
Alex mulai mempertunjukkan ilmu yang didapatkannya tesebut dengan
berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain. Hingga akhirnya pada
tahun 1965, Alex telah memilih sulap sebagai profesi utamanya.
Berkelana
dari satu night clubs ke night clubs, dari satu restoran ke restoran
lain, telah menggemblengnya dan semakin yakin bahwa sulap adalah jalan
hidupnya, dan memutuskan akan mengabdikan hidupnya pada seni sulap.
Pada tahun 1970, Alex telah terdaftar sebagai anggota International Brotherhood of Magician (IBM) dan Linkin Ring.
Tur
sulap keliling Jawa Tengah pernah dilakoninya dan mendapat penghargaan
dari Pangdam Diponogoro waktu itu, dan Penghargaan dari PMI setelah dia
merampungkan tur sulap keliling Jawa Barat, dan menurutnya sulap telah
membawanya hampir ke seluruh bagian wilayah Indonesia.
Pada tahun 1975, Alex membuka sebuah toko sulap di jakarta
dan mendapat pengakuan dari dunia sulap internasional sebagai dealer
resmi alat dan perlengkapan sulap di Indonesia. Pada masa itu adalah
masa keemasan bagi dunia sulap Indonesia, dan akhirnya Alex mendirikan pabrik alat sulap, dan menjadi manufakturer sulap pertama di Indonesia.
Standing Voodoo Doll versi jerami adalah salah satu kreasi beliau yang
masih populer hingga sekarang. Alex juga mendirikan sekolah Sulap di Jakarta yang telah banyak melahirkan pesulap pesulap berbakat Indonesia.
Dan hingga kini Alex masih aktif mengajar disekolah sulapnya, dan menjadi konsultan pesulap pesulap muda.
________________________________
LAHIR : REMBANG - 1960
Apa
yang diucapkan Basoeki Gandarahardja mengutip peribahasa Cina, benar
adanya. “Perjalanan ribuan mil berawal dari satu langkah,” kata pesulap
yang beken dengan nama Bing Rahardja,
Bagi
Bing, “satu langkah” itu dimulai pada suatu hari ketika di sekolahnya
diadakan pertunjukan sulap yang dimainkan oleh seorang pesulap bisu.
Hanya berbekal bahasa isyarat dan gerak tubuh, namun sang pesulap mampu
memikat perhatian seluruh hadirin, baik para guru apalagi anak-anak
didik. “Dia mampu membuat kami duduk terpaku karena terpesona oleh
sulapnya yang ajaib,” katanya. Bing melihat, kepercayaan diri pesulap
bisu itu sangat besar. Dia memiliki sesuatu yang khusus, yang
professional: sulap!
Sejak
itu, Bing bertekad mampu memainkan sulap. Sayang, ia tak seperti si
bisu. Ia memiliki kendala ini: pemalu dan kurang percaya diri. Mungkin
karena ia anak bungsu dan satu-satunya anak laki-laki dalam keluarganya,
Bing selalu dilindungi oleh kedua kakaknya. “Saya pemalu dan kurang
percaya diri. Teman saya sedikit dan saya tidak pernah berani berbicara
di depan orang banyak,” tutur Bing mengingat masa kecilnya.
Pengalaman
menyaksikan keberanian dan kemahiran pesulap bisu ternyata bagaikan
hantaman di kepalanya. Ini membuatnya tersadar: Tuhan memberi
bakat-bakat khusus terhadap setiap manusia. Ia harus mengembangkan bakat
yang tentu dimilikinya.
Ketika tekadnya membulat, datang pula kendala lain. Rembang, tempat Bing lahir, bukan kota
besar. Sumber informasi berupa buku-buku dan peralatan sulap terbilang
minim. Sebenarnya ada seorang Pak Tua, tetangganya, yang boleh disebut
pesulap amatir. Sayang setiap Bing kecil minta diajari bersulap, ia
selalu ditampik. “Kamu masih kecil, nanti saja kalau sudah besar,” kata
orangtua itu. Si kakek tampaknya khawatir kalau ilmu sulap nantinya
disalahgunakan buat macam-macam.
Pada
suatu Kamis menjelang senja, Bing kecil bersepeda ke pasar. Pada hari
pasar itu, di keramaian pedagang ia menemukan sesuatu: tukang sulap!
Yang
membuatnya girang, pesulap itu tak hanya unjuk kebolehan, tapi juga
menjual buku bermain sulapnya. Tanpa menunggu lebih lama, ia membeli
“buku rahasia sulap”-nya yang pertama. “Gembira sekali rasanya, serasa
pintu dunia sulap mulai terkuak,” ucapnya.
Permainan
tali adalah yang pertama ia kuasai; sayang, ia belum mampu
mempertontonkannya. Ia masih Bing yang pemalu. Tetapi beberapa temannya
yang mengetahui kemampuan barunya itu. Lalu, dengan setengah dipaksa, ia
menunjukkan kebolehannya ber-simsalabim – dan berhasil “mengelabui”
para teman dan kerabat. “Hidup saya pun berubah. Dari bocah pemalu, saya
menjadi seorang yang ceria penuh tawa. Rasa percaya diri saya pun
tumbuh,” kenangnya.
Sebenarnya,
cita-cita asal Bing adalah menjadi pelukis, yang kemudian pupus dan
tergantikan oleh minat pada sulap. Dan orangtuanya pun tidak keberatan.
Apalagi sejak kecil kegemarannya bermain sulap tak mengganggu
sekolahnya; nilai rata-rata rapornya tujuh.
Selepas SMA ia merantau ke Jakarta,
dan melanjutkan kuliahnya di Yayasan Administrasi Indoneisa (YAI).
Sembari kuliah ia juga bekerja. Di sela-sela rutinitas itu ia masih
belajar sulap. Suatu ketika, nasib mempertemukannya dengan Sanjaya dan
Rudolf Morate, di daerah Glodok, pusat kegiatan usaha di Jakarta Barat.
Kedua kenalan barunya itu pesulap professional. Mereka juga suka bermain
di Glodok. “Setiap ada show saya tonton. Sampai lima kali pertunjukan dalam sehari semua saya saksikan,” aku Bing.
Rudolf
tahu, ia mempunyai seorang penonton setia, Bing Rahardja. Dalam satu
kesempatan, pesulap ini menyatakan kesediaannya mengajari ilmu bersulap
pada Bing. “Ia guru sulap pertama saya,” kata Bing, yang lalu menerima
pelajaran bersulap lima kali dalam seminggu.
Sebagai
pesulap, ia pertama dibayar pada akhir 1980-an. Itu lantaran pemilik
paviliun yang menjadi tempat ia berkantor mengetahui kemahirannya
bermain sulap. Nah, saat pemilik paviliun tadi berpesta ulang tahun,
Bing pun ditanggap bermain, dan dibayar sebesar Rp 25 ribu – dan inilah
honornya yang pertama. Ia bukan saja girang mendapat uang, tetapi juga
terdorong menjadikan sulap sebagai profesinya. “Padahal waktu itu
presentasi saya masih kurang bagus,” kata Bing.
Tapi
Bing sempat ragu melihat nasib pesulap yang selalu dianggap “pelengkap
penderita” oleh pengundang. Kalah pamor dengan badut. “Ini juga saya
alami ketika mulai banyak dapat show. Terutama soal tempat, mereka
seolah tak mau tahu sulap butuh persiapan sebelum turun bermain,”
keluhanya. Pengalaman berbeda ia terima dari pengundang ekspatriat.
Mereka misalnya tidak menyajikan makanan pada anak-anak saat pertunjukan
berlangsung, sehingga konsentrasi mereka hanya tertuju kepada pemainan.
Sesekali,
Bing mengalami kegagalan ketika tengah ber- bim salabim. Tapi ia
menyadari, ini bagian dari risiko profesi yang tak terhindari sama
sekali.
Sulap
bagi Bing bukan sekadar “melenyapkan” benda dari “penglihatan”
penonton, tapi seni untuk menghibur. “Kita sebagai pesulap sebenarnya
aktor yang bermain, dan membuat penonton terpaku,“ jelasnya. Nah untuk
urusan ini, Endang Winarti turut andil. Istrinya ini lulusan fakultas
sastra Inggris, yang mengajarinya bertutur secara terstruktur. Atau
mengoreksi tiap penampilannya. “Dukungan keluarga memang sangat berarti
bagi saya,” ujar ayah dari Berwidetye Paramita, Joseph Christian, dan
Johannes Mario itu.
Sekali
tampil, Bing biasanya menerima honornya di atas Rp 1,5 juta, dengan
rata-rata 100 kali pertunjukan tiap tahun. Penghasilan lain didapatnya
dari mengajar sulap sebagai mata pelajaran tambahan di Jakarta International School. Ada pengalaman menarik saat mengajar di JIS. Ada
seorang anak didiknya yang gagap. Si anak ia ajari main sulap sembari
memberi presentasi. Hasilnya luar biasa! Si anak bukan saja dapat
bermain sulap, tetapi juga menjadi lancar berbicara. Orang tua si anak
berterima kasih kepadanya. “Dan saya senang saja karena secara tidak
langsung bisa membantu orang lain,” ujarnya.
_________________________________
Robbin Massari (Mr Robin)
13 Februari 1953 -16 September 2009
Nama
Mr Robin tentu tidak asing lagi, pesulap senior yang selalu
berpenampilan bak tentara Rusia dengan topi bulu. Bersama sang istri
yang menjadi asistennya, pertunjukkan sulap Mr Robin termasuk yang
paling ditunggu oleh penonton TVRI, terutama anak-anak.
Bernama
asli Robbin Massari, pria yang lahir 55 tahun yang silam ini rasanya
patut di acungi jempol karena hanya menggeluti profesi menjadi pesulap
sepanjang hidupnya atau kurang lebih selama setengah abad.
Ayahnya
adalah seorang pesulap, dan hitung punya hitung, sepanjang karirnya 52
negara sudah di kunjunginya termasuk Afrika. Bagi anda yang pernah
menikmati siaran TVRI tahun 80-an, pasti sudah tidak asing lagi dengan
penampilannya membawakan acara sulap untuk anak-anak.
Salah
satu wujud kecintaannya pada sulap adalah dengan mendirikan Sekolah
sulap yang bernama Magic Art Studio (MAS). Sekolah sulap ini telah
berdiri cukup lama, yakni pada 1973 di Jln. Diponegoro Bandung.
Ketika itu, Mr. Robbin yang pamornya tengah melejit kedatangan sejumlah orang dari berbagai kelompok usia yang ingin belajar sulap. Robbin yang dikenal pemurah itu dengan senang hati mengajarkan trik-trik sulapnya tanpa dipungut biaya. Bagi pria bernama lengkap Robbin Massari itu, berbagi ilmu sama dengan ibadah.
Maka tak heran, seiring perjalanan waktu, sekolah sulap MAS banyak dikunjungi orang. MAS sempat berpindah lokasi ke Padasuka. Selama lebih 24 tahun, Robbin membina anak didiknya di tempat itu.
Selanjutnya pada tahun 1997, Robbin memboyong keluarganya pindah rumah ke Jln. Gatot Subroto Cimahi. Di sana ia tetap mengembangkan kariernya sebagai pesulap di samping membina generasi penerusnya.
Di area tersebut, MAS yang kini dikelola istri Robbin, Nining Kardini beserta tiga anaknya, Simli Kardin, Melina Herriani, dan Chinny Emmaleea menempati sebuah gedung berkuran sekitar 8 x 12 meter dengan atap asbes mirip sebuah GOR bulu tangkis. Di dalamnya, terdapat ribuan alat sulap yang dimiliki Robbin sejak masih aktif.
MAS telah mampu melahirkan pesulap-pesulap muda yang kini tengah ngetop. Sebut saja Rizuki, Joe Shandy hingga duo waria asal Cimahi Adis dan Velis yang kerap menuai simpati di panggung hiburan.
@Tutup usia pada tanggal 16 September 2009, sekitar pukul 20.00. di kediamannya di Jalan Gatot Subroto, Cimahi, karena serangan jantung.
Ketika itu, Mr. Robbin yang pamornya tengah melejit kedatangan sejumlah orang dari berbagai kelompok usia yang ingin belajar sulap. Robbin yang dikenal pemurah itu dengan senang hati mengajarkan trik-trik sulapnya tanpa dipungut biaya. Bagi pria bernama lengkap Robbin Massari itu, berbagi ilmu sama dengan ibadah.
Maka tak heran, seiring perjalanan waktu, sekolah sulap MAS banyak dikunjungi orang. MAS sempat berpindah lokasi ke Padasuka. Selama lebih 24 tahun, Robbin membina anak didiknya di tempat itu.
Selanjutnya pada tahun 1997, Robbin memboyong keluarganya pindah rumah ke Jln. Gatot Subroto Cimahi. Di sana ia tetap mengembangkan kariernya sebagai pesulap di samping membina generasi penerusnya.
Di area tersebut, MAS yang kini dikelola istri Robbin, Nining Kardini beserta tiga anaknya, Simli Kardin, Melina Herriani, dan Chinny Emmaleea menempati sebuah gedung berkuran sekitar 8 x 12 meter dengan atap asbes mirip sebuah GOR bulu tangkis. Di dalamnya, terdapat ribuan alat sulap yang dimiliki Robbin sejak masih aktif.
MAS telah mampu melahirkan pesulap-pesulap muda yang kini tengah ngetop. Sebut saja Rizuki, Joe Shandy hingga duo waria asal Cimahi Adis dan Velis yang kerap menuai simpati di panggung hiburan.
@Tutup usia pada tanggal 16 September 2009, sekitar pukul 20.00. di kediamannya di Jalan Gatot Subroto, Cimahi, karena serangan jantung.
_____________________________________________
@Sumber The Magic Of Dr Jonas
0 komentar:
Posting Komentar